Pandemi Covid-19 terus meluas dan masih sulit untuk dikendalikan. Himbauan untuk menggunakan masker bila di luar rumah, cuci tangan sesering mungkin dan jaga jarak terus digaungkan guna menekan penyebaran Korona. Kini, ramai diperbincangkan pohon Intaran untuk mencegah, bahkan mengobati orang yang terinfeksi Covid-19.
Peneliti lontar, Sugi Lanus menjelaskan, pohon intaran yang mudah ditemukan di pinggir jalan ini bisa dimanfaatkan mulai bagian kulit, daun, biji hingga pucuknya untuk menjaga kesehatan. Seperti anti inflamasi, anti bakteri, anti jamur, pencuci darah, detok dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Daun intaran paling mudah diolah untuk memberikan khasiat pada kesehatan tubuh. Memang, rasa daun intaran sangat pahit. Namun, daun pucuk intaran bisa dimakan dua sampai tiga lembar setiap hari tepatnya di pagi hari untuk tetap menjaga tubuh agar fit.
“Sedangkan untuk loloh, teknis penyajiannya, ambil daun intaran muda sekitar 28-30 lembar. Kemudian direbus dengan satu gelas air. Selanjutnya air rebusan itu diminum. Itu bagus untuk membersihkan darah, detox dan menjaga kekuatan imun tubuh,” ujarnya seperti dikutip Bali Express.
Baca Juga: Bioglass MCI berikan fakta dalam hal kesehatan
Pembuktian loloh don intaran ini dilakukan seorang mantan pekerja kapal pesiar yang dinyatakan positif. Dia pun tidak memiliki gejala serta penyakit penyerta. Berulang kali dilakukan tes swab, hasilnya tak berubah menjadi negatif. Sehingga ia harus menjalani perawatan dan mengikuti anjuran untuk melakukan karantina.
Ketut Adi pun menceritakan perjalanannya datang dari luar negeri dan melakukan karantina. Saat itu pada tanggal 8 Maret 2020 ia tiba di Bali dan atas kesadaran diri sendiri melakukan karantina mandiri di sebuah hotel di Denpasar dengan biaya sendiri.
“Setelah dua minggu itu saya pulang. Tapi saya masih belum yakin. Lalu saya rapid lagi ke RSPTN Unud tanggal 24 Maret untuk memastikan lagi. Hasilnya reaktif. Ditu be tiang langsung tangkepe langsung meswab (saat itu juga saya langsung di karantina dan langsung di swab). Setelah itu nunggu 2 hari hasilnya positif ternyata, langsung stay disana,” tuturnya.
Ketika menjalani karantina, Ketut Adi beberapa kali menjalani tes swab. Saat itu Ketut akan diperbolehkan pulang apabila selama karantina menunjukkan hasil negatif setelah dua kali swab. Namun nasib berkata lain. Hasil swab kedua yang dilakukan tak pernah menunjukkan hasil negatif.
Karena hasil swab yang terus berubah-ubah ia pun mencoba untuk meminum ramuan jamu nimba atau loloh don intaran. Kemudian setelah mengkonsumsi jamu tersebut, ia pun kembali melakukan tes swab. Selama dua hari diuji di laboratorium, ajaibnya hasil swabnya berubah menjadi negatif.
“Saya sudah sebulan karantina. Sampai bingung saya, kok lama sekali. Hasilnya kok tidak berubah. Apanya yang salah. Saya yang beneran sakit, alatnya yang rusak atau bagaimana. Saya juga tidak ada gejala apapun. Penyakit lain juga tak ada,” tutur Ketut Adi (38) saat ditemui di kawasan Nusa Dua, Senin (31/8) sore.
Sebelumnya, ia tak percaya bahwa loloh don intaran dapat digunakan untuk penyembuhan dan pencegahan virus korona. Akhirnya karena putus asa ia pun mencoba untuk mengikuti resep yang dianjurkan dalam pembuatan loloh don intaran.
“Pernah dengar, namun masih ragu. Tapi disisi lain saya sudah mengalami yang namanya positif dan tidak sembuh-sembuh. Saya cari cara bagaimana caranya agar hasilnya negatif. Lalu saya coba buat loloh itu dan saya minum sebelum tes swab lagi. Ternyata memang benar, setelah minum itu tes swab saya negatif. Kebetulan atau tidak, yang jelas setelah minum itu saya dinyatakan sembuh,” tegasnya.
Ia pun membeberkan cara pembuatan loloh don intaran yang dikonsumsinya. Caranya, 20 lembar daun intaran direbus dengan 4 gelas air sampai tersisa sekitar 2 gelas. Untuk takaran orang dewasa di minum satu gelas di pagi hari setelah makan dan pad sore hari setelah makan. Dan untuk anak-anak diminum setengah gelas pada pagi dan sore hari setelah makan. Loloh ini sebaiknya diminum dalam kondisi masih hangat.
https://ift.tt/2EPgcCJ
from Halo Dunia https://ift.tt/2QOXiOS
via IFTTT
0 comments:
Post a Comment