Tumpukkan pekerjaan yang masih belum sering kali membuat orang memutuskan untuk bergadang untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline. Bergadang tidaklah mudah. Mengantuk menjadi rintangan utama. Trik yang sering dilakukan untuk dapat menyiasati ngantuk adalah dengan minum kopi. Mayoritas masyarakat menganggap kopi sebagai minuman penahan kantuk, meskipun sebenarnya kopi juga dapat diminum kapan saja dan dimana saja.
Kopi yang sekarang dapat dinikmati masyarakat termasuk ke dalam minuman kuno. Hal ini karena kopi telah ada sejak berabad yang lalu, meskipun belum dapat diketahui secara pasti angka tahunnya. Menurut cerita yang beredar, biji kopi pertama kali ditemukan di hutan dataran tinggi Ethiopia oleh pengembala kambing yang bernama Kaldi. Ia mengamati bahwa setelah makan buah dari pohon tertentu (kopi), kambingnya menjadi begitu energik dan mereka tidak ingin tidur di malam hari. Kemudian ia melaporkan temuaanya itu kepada kepala biara setempat yang mencoba untuk membuat minuman dari buah tersebut. Para biarawan menemukan fakta bahwa setelah mereka meminum minuman tersebut mereka dapat terjaga untuk berdoa berjam – jam pada malam hari. Semenjak ini berita penemuan tanaman yang disebut kopi ini mulai santer terdengar ke seluru pelosok.
Perkembangan budidaya dan perdagangan kopi secara modern dimulai di Semenanjung Arab. Pada abad ke-15 M, kopi ditanam di kawasan Yaman Saudi dan pada abad ke-16 mulai dikenal di Persia, Mesir, Suriah, dan Turki. Kopi tidak hanya dinikmati di rumah, tetapi juga di banyak rumah kopi publik (kedai kopi) yang disebut qahveh khaneh, yang mulai muncul di kota-kota di seluruh Timur Dekat. Popularitas rumah kopi sanagat terkenal, orang-orang yang sering berkunjung tidak hanya sekadar minum kopi, tetapi juga terlibat dalam percakapan, mendengarkan musik, menonton pemain, bermain catur dan kegiatan sosial lainnya. Rumah kopi dengan cepat menjadi seperti pusat penting bagi pertukaran informasi. Oleh karena ribuan peziarah dari seluruh dunia mengunjungi kota suci Mekkah setiap tahun keberadaan rumah kopi ini menyebar.
Wisatawan Eropa yang berkunjung ke Timur Dekat membawa cerita kopi ketika pulang. Tidak mudah agar kopi diterima masyarakat Eropa. Ada kecurigaan dan ketakutan bahwa kopi adalah minuman setan karena warnanya yang hitam dan rasanya yang pahit. Para ulama setempat mengutuknya, ketika kopi mulai masuk ke Venesia pada tahun 1615. Kontroversi begitu besar sehingga Paus Clement VIII diminta untuk campur tangan. Dia memutuskan untuk mencicipi minuman tersebut sebelum membuat keputusan, dan menemukan bahwa kopi sangat nikmat.
Terlepas dari kontroversi tersebut, rumah – rumah kopi dengan cepat menjadi pusat aktivitas sosial dan komunikasi di kota – kota besar Inggris, Austria, Perancis, Jerman dan Belanda. Di Inggris “penny university” bermunculan, disebut demikian karena dengan uang sepeser pun orang bisa membeli secangkir kopi dan terlibat percakapan yang seru.
Seiring berjalannya waktu dan ditemukaannya berbagai “dunia baru” maka kopi benar – benar tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bahkan kopi telah menjadi minuman primer untuk menggantikan sarapan. Orang lebih menyukai kopi daripada bir dan anggur, karena kopi dianggap lebih sehat dan dapat memberikan energi. Kini, rumah atau kedai kopi dapat ditemukan di setiao sudut jalan dan di pasar di setiap kota besar di seluruh dunia. Kopi juga dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa memandang ras, agama, budaya, perawakan, gender dan status sosial ekonomi.
Berbagai produsen dan merek kopi bermunculan. Mulai yang murah hingga mahal. Beberapa negara di dunia menjadikan produk kopi sebagai salah satu andalan perekonomiannya. Termasuk Indonesia yang tekenal akan kopi luwak nya.
from DETIK INDONESIA NEWS http://ift.tt/2sCFo8g
via
IFTTT