1. Helicak
Helicak adalah alat transportasi yang berasal dari skuter Lambretta asal Italia. Nama helicak sendiri berasal dari gabungan kata Helikopter dan Becak. Helicak beroperasi pada masa kepemipinan Gubernur (Alm.) Ali Sadikin untuk menggantikan becak yang dianggap tidak manusiawi. Bentuk helicak sendiri mirip dengan becak, namun bagian depan helicak tertutup dan menggunakan mesin sebagai penggeraknya. keberadaan helicak tidak bertahan lama, karena pemda Jakarta tidak konsisten dalam pengembangannya. Saat ini helicak masih bisa ditemui di daerah Kemayoran.
Becak merupakan alat transportasi hasil dari modifikasi sepeda. Becak adalah alat transportasi yang bertahan cukup lama di Jakarta. Keberadaan becak mulai hilang sedikit demi sedikit sejak tahun 1980-an karena dianggap “eksploitasi manusia oleh manusia”. Pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso becak dilarang beredar dalam rangka modernisasi transportasi umum di Jakarta. Selain itu becak dianggap membuat jalan macet karena jalannya lambat. Sampai saat ini becak masih bisa ditemui dipinggiran kota Jakarta.
Asal mula nama bemo berasal dari kata Becak Motor. Bemo merupakan salah satu produk dari produsen besar otomotif Jepang yaitu Daihatsu dengan nama Daihatsu Midget. Keberadaan bemo sendiri dimaksudkan untuk mengantikan keberadaan becak dan helicak karena kapasitasnya yang lebih besar dapat memuat lima sampai enam orang sekaligus. Bemo pertama kali muncul di Jakarta pada tahun 1962. Bemo sempat menjadi alat transportasi favorit masyarakat pada era 60-an, 70-an, sampai awal 80-an sebelum banyakknya keberadaan angkot.
4. Andong / Delman
Delman adalah kendaraan transportasi tradisional yang beroda dua, tiga atau empat yang tidak menggunakan mesin tetapi menggunakan kuda sebagai penggantinya. Variasi alat transportasi yang menggunakan kuda antara lain adalah kereta perang, kereta kencana dan kereta kuda.
Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur pada masa Hindia Belanda. Orang Belanda sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama dos-à-dos (punggung pada punggung, arti harfiah bahasa Perancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-à-dos ini kemudian oleh penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi ‘sado’.
5. Oplet
6. Bis Tingkat
Kendaraan yang satu ini memiliki pengagum tersendiri. Sensasi ketika naik dilantai atas tidak dapat dirasakan ketika menaiki bis pada umumnya. Bis tingkat sendiri memiliki dua keuntungan yaitu efisiensi tempat dan alat transportasi yang cocok digunakan untuk pariwisata. Namun, keberadaan bis tingkat dihapuskan karena beberapa faktor, antara lain sulit dan mahalnya suku cadang, kurangnya keseimbangan, lambat jalannya, dan tidak cocok untuk kondisi jalan Jakarta saat ini. Tapi jika anda masih penasaran dengan sensasi naik bis tingkat anda bisa jalan-jalan ke kota Solo. Disana bis tingkat masih dioperasikan untuk tujuan wisata.
7. Trem
from DETIK INDONESIA NEWS http://ift.tt/2tI3NJI
via IFTTT
0 comments:
Post a Comment