TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan paruh baya ini menolak nama aslinya ditulis saat Tempo mewawancarainya di kantor Korlantas Polri, Jalan MT Haryono, Jakarta, Kamis, 11 September 2014. Sebut saja namanya Ninuk. Dialah yang membidani lahirnya para Polwan yang menjadi pembawa acara di layar kaca.
Kini Ninuk menjadi konsultan humas Korps Lalu Lintas Polri. Dia terjun langsung menyeleksi ratusan para Polwan sejak 2011. Tujuh belas tahun malang-melintang di dunia broadcasting, intuisi Ninuk tajam melihat para Polwan yang potensial disulap lebih cantik untuk jadi presenter. Polwan yang awalnya berpenampilan biasa, di tangannya bisa menjadi luar biasa.
"Di negara lain, tak ada polisi yang menyajikan informasi semacam ini. Cuma di Indonesia saja," kata Ninuk. Karena itu, banyak kepala kepolisian dari negara lain yang datang ke NTMC untuk mempelajari bagaimana prosesnya.
Ninuk menjelaskan, awalnya tak ada yang percaya program Polwan presenter ini bakal sukses. Pada 2011, hanya MetroTV yang bersedia bekerja sama, kemudian Radio Elshinta. "Waktu itu mereka ragu, apa bisa diterima program seperti ini?" kata Ninuk.
Namun Ninuk optimistis program ini berhasil. "Saya yakinkan, saya ini creator, saya punya feeling ini akan meledak," ujar perempuan yang punya rumah produksi ini.
Akhirnya dia diberi kesempatan. "Coba dulu, besok live. Mereka pakai SNG," ujarnya. Ternyata respons masyarakat luar biasa. Dalam tiga hari, rating program Polwan presenter naik tajam. Sepekan dipantau, naik terus, begitu.
Lantaran rating program ini terus melonjak, dibuatlah dalam program tersebut untuk jangka panjang. "Akhirnya mereka nyambungin lewat fiber optic," ujar Ninuk.
Selain memantau program acara untuk setiap Polwan yang tampil di televisi, Ninuk juga menjadi pengawas para Polwan dalam urusan kecantikan, cara bertutur, bersikap, sampai berat badan.
Kini Ninuk menjadi konsultan humas Korps Lalu Lintas Polri. Dia terjun langsung menyeleksi ratusan para Polwan sejak 2011. Tujuh belas tahun malang-melintang di dunia broadcasting, intuisi Ninuk tajam melihat para Polwan yang potensial disulap lebih cantik untuk jadi presenter. Polwan yang awalnya berpenampilan biasa, di tangannya bisa menjadi luar biasa.
"Di negara lain, tak ada polisi yang menyajikan informasi semacam ini. Cuma di Indonesia saja," kata Ninuk. Karena itu, banyak kepala kepolisian dari negara lain yang datang ke NTMC untuk mempelajari bagaimana prosesnya.
Ninuk menjelaskan, awalnya tak ada yang percaya program Polwan presenter ini bakal sukses. Pada 2011, hanya MetroTV yang bersedia bekerja sama, kemudian Radio Elshinta. "Waktu itu mereka ragu, apa bisa diterima program seperti ini?" kata Ninuk.
Namun Ninuk optimistis program ini berhasil. "Saya yakinkan, saya ini creator, saya punya feeling ini akan meledak," ujar perempuan yang punya rumah produksi ini.
Akhirnya dia diberi kesempatan. "Coba dulu, besok live. Mereka pakai SNG," ujarnya. Ternyata respons masyarakat luar biasa. Dalam tiga hari, rating program Polwan presenter naik tajam. Sepekan dipantau, naik terus, begitu.
Lantaran rating program ini terus melonjak, dibuatlah dalam program tersebut untuk jangka panjang. "Akhirnya mereka nyambungin lewat fiber optic," ujar Ninuk.
Selain memantau program acara untuk setiap Polwan yang tampil di televisi, Ninuk juga menjadi pengawas para Polwan dalam urusan kecantikan, cara bertutur, bersikap, sampai berat badan.
0 comments:
Post a Comment